Sulawesi merupakan satu satu pulau besar Indonesia, terletak pada bioregion Wallacea yang meyimpan pesona kehidupan biologinya. Pulau yang berbentuk “K” ini kaya dengan species endemik (62% dari total 127 species mamalia, 27% dari 328 species burung, 26% dari 117 species melata, 76% dari 25 jenis ampibia dan 77% dari 68 species ikan air tawarnya bersifat endemik Sulawesi). Disisi lain pengetahuan terhadap flora Sulawesi masih sangat terbatas, hal ini disebabkan kurangnya ekspedisi botani yang dilakukan ilmiah dibandingkan dengan pulau lainnya di Indonesia. Koleksi specimen yang telah dilakukan di Sulawesi merupakan yang paling kecil di Indonesia (23 specimen/km2) (Kessler et al. 2002).
Pulau yang sudah terisolasi dari paparan Sunda sejak “Quaternery Period” ini (Primack & Corlett 2006) memiliki struktur dan komposisi vegetasi yang unik dibandingkan dengan pulau lain di Indonesia. Sebagai sebuah perbandingan hutan-hutan alam di MALESIA BARAT seperti Kalimantan, Sumatra dan Filipina umumnya didominasi oleh Dipterocarpaceae, salah satu famili tumbuhan berkayu yang bernilai ekonomi yang diperkirakan jumlahnya 267 jenis, 106 dan 45 berturut-turut di Kalimantan, Sumatra dan Filipina, akan di Sulawesi hanya tercatat 7 jenis dari anggota Dipterocarpaceae yang tumbuh terbatas pada hutan dataran rendah.
Diperkirakan 15% dari total flora Sulawesi adalah bersifat endemik Sulawesi, hal ini ditunjukan dari informasi yang tercatat pada beberapa seri Flora Malesiana, checklist, catalogue dan informasi specialist (Pitopang, 2006 ; Roos et al 2004; Kessler et al 2002), akan tetapi potensi biodiversitas tumbuhan Sulawesi ini belumlah habis, hal ini ditunjukan dengan banyaknya penemuan ilmiah baru oleh botanist dalam beberapa tahun terakhir baik yang bersifat “New Record” ataupun “New Species”. Tercatat beberapa jenis yang merupakan baru untuk ilmu pengetahuan seperti Allocasia megawatii (Araceae) dari C.A. Tinombala, Impatien punaensis (Balsaminaceae) dari Lore Lindu, Pinanga aurantiaca (Arecaceae) dan Nepenthes new spec (Nepenthaceae) dari Taman Nasional Lore Lindu. Disamping itu rekor-rekor baru flora yang berasal dari Sulawesi juga telah tercatat dan segera akan dipublikasikan misalnya pada beberapa penelitian ilmiah baik secara eksplorasi ataupun “establishment” plot permanen telah memberikan sumbangan yang signifikan terhadap ilmu pengetahuan. Misalnya saja dalam 1.6 ha plot di hutan pegunungan Sulawesi, 47% dari total 166 jenis pohon (dbh > 10 cm) merupakan rekor baru untuk Sulawesi seperti Magnolia montana (Blume) Figlar and Noot. (Magnoliaceae), Lithocarpus elegans (Blume) Hattus ex. Soepadmo (Fagaceae), Elaeocarpus erdinii Coode (Elaeocarpaceae), Daphniphyllum aff. laurinum dan lain-lain.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam upaya konservasi biodiversitas di Sulawesi adalah ancaman akan kehilangan sumberdaya biologinya yang disebabkan oleh aktifitas manusia melalui konversi hutan menjadi peruntukan lain seperti tambang, kebun kelapa sawit, perkebunan coklat, “illegal logging’, dan lain-lain. Disisi lain pengetahuan terhadap biodiversitasnya terutama tetumbuhan belumlah lengkap baik secara taksonomi, ekologi ataupun dari aspek pemanfaatan yang berkelanjutan.
tolong postingnya ditambah terus ya....
BalasHapusbaguslah kalo sdh ada blognya wanacikal.. biar bisa di ambil ilmunya. hehehe,jln2 ke blogq. http://forester-untad.blogspot.com/
BalasHapus